
Sebagai guru, kita sering memperlakukan bahasa
Inggris layaknya pelajaran Sejarah, Geografi, dan Matematika. Anak-anak didik
diharuskan untuk menghafal kosakata, rumus tenses, dan pola-pola kalimat yang
tentu saja membuat mereka semakin pusing. Setelah hafal, proyeksi selanjutnya
adalah mengerjakan soal. Diharapkan melalui hafalan-hafalan melelahkan yang
sudah dilewati, mereka mampu mendapatkan nilai tinggi di ujian.
Padahal kenyataannya tidak bisa seperti itu, dan
kesalahan tersebut bisa dimaknai bahwa kita, para guru belum mengerti apa itu
konsep dasar bagi pembelajaran bahasa Inggris sesungguhnya.
Bahasa
adalah kemampuan atau skill. Ia bukan hanya dipelajari, ia didapatkan.
Kalau siswa dibebani pada aktivitas menghafal dan
menghafal, lalu pada examination mereka bisa
bantai soal ujian dengan nilai 100, kemudian langsung mengasumsikan bahwa
mereka bisa berbahasa Inggris, saya rasa asumsi tersebut kurang tepat. Tetapi
kalau mereka bisa mendengarkan teks dengan tepat, lihai dalam membaca, fasih
berbicara, dan indah dalam menulis, maka itulah yang dimaksud mendapatkan skill.
Pasti banyak yang bertanya, loh bukankah
menghafal kosakata merupakan gerbang menuju kesuksesan dalam belajar bahasa
Inggris? Bukankah tanpa menghafal maka seorang siswa tidak akan mampu
menggunakan bahasa Inggris?
Menurut saya poin utama bukan terletak
pada menghafal, namun pada menggunakan kosakata itu sendiri.
Mempelajari bahasa bak siswa belajar bersepeda.
mereka praktik, bukan mempelajari teori-teori bersepeda, apalagi menghafal
bagian-bagian sepeda tersebut. Buat apa mengerti teori, buat apa hafal semua
part, tetapi jika pada intinya tetap tidak mampu bersepeda? Iya atau tidak?
Setelah melihat realita yang terjadi di lapangan,
maka sebagian besar dari siswa yang telah mendapatkan hafalan kosakata di
pikiran mereka, tidak langsung menggunakan tetapi hanya sebatas memorize.
Nah, sejauh mana si kekuatan hafalan pikiran seorang manusia? Kalau hanya hafal
tanpa menggunakan setelahnya, mungkin beberapa hari kemudian, kosakata tersebut
langsung terlupakan.
Beda halnya dengan kita mendorong siswa untuk
memperoleh sebuah skill dengan praktik dan praktik. Praktik mendengarkan,
latihan membaca dan comprehension, latihan berbicara, dan rajin menulis adalah
cara-cara yang membuat mereka terbiasa serta kemudian mampu menggunakan bahasa
Inggris secara penuh.
Bukankah ketika belajar
bahasa Indonesia, kita praktik dan membiasakan diri, bukan menghafal? Iya kan?
Sebagai guru, buat pembelajaran bahasa Inggris
yang memang mengarahkan mereka berpraktik dan bukan berteori. Ciptakan sebuah
klub berbahasa Inggris untuk memberikan siswa edukasi-edukasi tanpa kurikulum
sehingga mereka bisa belajar bahasa Inggris sebebas yang mereka mau!
Jika kota Anda mempunyai jangkauan koneksi
internet yang berkualitas, pacu dan ajarkan siswa agar menggunakan Youtube
sehingga telinga mereka bisa mendengar banyak percakapan, mulut mampu fasih
berbicara dengan fasilitas skype, mata rajin membaca melalui artikel yang
diberikan oleh blog-blog luar negeri, dan tangan giat menulis karena chatting
dengan pengguna internet di seluruh dunia.
Tetapi banyak yang bilang bahwa idealisme semacam
ini merupakan hal yang begitu dilematis. Bagaimana tidak, saat ini hampir semua
pembelajaran bahasa Inggris diarahkan kepada kemampuan siswa dalam menjawab
soal-soal. Semakin baik nilai, maka semakin bagus pula indikator keberhasilan
mereka dalam mempelajari bahasa Inggris itu sendiri.
Lalu, bagaimana solusi mengatasi hal dilematis
semacam ini? Saya akan memberikan pencerahan di artikel selanjutnya.
Yang
jelas, kita sudah tahu bahwa bahasa adalah praktik, ia merupakan aktivitas
memperoleh kemampuan, bukan sekedar mempelajari sesuatu!
Untuk info klik disini
Sebelum penjelasan discussion text secara rinci
dimulai, saya ingin bertanya kepada teman-teman terlebih dahulu. Pernahkah
teman-teman berdikusi? Tentu sebagain besar menjawab pernah. Seperti keadaan
yang sering kita temui, diskusi adalah pembahasan terhadap suatu pokok
permasalahan dengan tujuan menemukan solusi.
Diskusi dibarengi dengan pendapat pro dan kontra
serta alasan-alasan logis yang dikemukakan oleh kedua pendapat tersebut. Begitu
juga dengan discussion text. Sederhananya, ini merupakan sebuah teks yang
mempunyai dua kategori pemikiran yaitu pro atau sependapat dan kontra atau
tidak sependapat. Kedua point of view tersebut dibahas dan kemudian dicari
bagaimana kesimpulan yang terbaik.
Mengapa Discussion Text Dibuat?
Teks ini dibuat dalam rangka memberikan penengah
atau solusi. Sehingga, kita semua baik penulis maupun pembaca teks tidak
memandang suatu persoalan dari satu sisi saja, namun bisa dari sisi yang
berbeda serta selanjutnya menemukan solusi, kesimpulan, dan rekomendasi yang
paling tepat atas persoalan yang dibahas.
Bagaimana Generic Structure dari Discussion text?
Setiap teks mempunyai strukturnya masing-masing,
begitu juga dengan discussion text. Susunannya adalah sebagai berikut.
1. Issue
Adalah masalah yang akan dibahas. Diletakkan pada
paragraf awal dan akan terus dibahas hingga tiba pada tahap kesimpulan dimana
solusi telah ditemukan.
2. Supporting Points
Kedua pendapat mulai dituliskan dan supporting
details menjadi sebuah pembahasan yang menyatakan dukungannya terhadap isu yang
ada. Simply, ini merupakan pendapat pro dari pokok persoalan yang sedang
dibahas.
3. Contrasting Points
Pendapat yang berlawanan hadir di dalam area ini.
Penulis mulai memusatkan tulisannya kepada opini-opini yang tidak mendukung
atau bersifat kontra terhadap persoalan di dalam teks.
4. Conclusion
Disini, penulis bisa menyimpulkan dan memberikan
rekomendasi untuk pokok permasalahan yang ada.
Apa Saja Ciri-Ciri Kebahasaan dari Discussion Text?
- Dibuat dengan kalimat-kalimat simple present tense (is, am, are).
- Terdapat modal di dalam kalimat-kalimatnya (must, may, would, should).
- Menggunakan connection antar kalimat seperti however, furthermore, moreover, dan on the other hand.
Untuk membaca contoh discussion text, silakanklik disini
Itulah sedikit pengetahuan mengenai discussion
text. Semoga bisa bermanfaat untuk Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar